Mendung

Sesekali rintik itu jatuh,
Mencumbu bumi.
Mengisi ceruk ceruk jalan.

Lalu langit abu-abu mulai bernyayi.
Melafalkan doa untuk bumi.

Doa yang berbeda.
Kalimat syukur yang berbeda.
Air mata yang berbeda.

Karena mendung itu tak pernah sama.
Mendungku, mendungmu, mendung mereka.
Seperti rasa yang tak pernah sama.

Sedihmu tak pernah bisa kupahami.
Seperti puisi yang ditulis dengan keringatmu, yang tak seorang pun mampu membacanya.
Hanya hatimu dan Tuhanmu yang tahu.
Sedang aku?
Sesungguhnya aku tak mampu menghapus sedihmu.
Karena rasamu tak akan pernah benar-benar terpahami, oleh siapapun itu.

Kudus, 7 Desember 2016
di pagi yang mendung.
Untukmu yang kucintai.
Category: 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar